Senin, 03 Mei 2010

HEMOFILIA

Inzanah (083654026)
Syamsudin (083654027)
Nilna Himawati (083654028)
Fora Ayu (083654201)
Devi Rachmadani (083654202)


1. HEMOFILIA
Hemofilia adalah kelainan perdarahan yang disebabkan adanya kekurangan salah satu faktor pembekuan darah dan biasanya disebut dengan The Royal Diseases atau penyakit kerajaan. Hemofilia ini berupa penyakit gangguan pembekuan darah dan diturunkan melalui kromoson X. Penyakit ini ditandai dengan perdarahan spontan yang berat dan kelainan seni yang nyeri dan menahun. Hemofilia lebih banyak terjadi pada laki-laki, karena mereka hanya mempunyai satu kromosom X. Sedang perempuan umumnya menjadi pembawa sifat (carrier). Namun perempuan bisa juga menderita hemofilia jika pria hemofilia menikah dengan wanita carrier hemofilia.

2. Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu :
1)Hemofilia A :
• Hemofilia Klasik, jenis hemofilia yang paling banyak kekurangan faktor pembekuan pada darah.
• Hemofilia kekurangan Factor VIII.
• Terjadi karena kekurangan faktor 8 (Factor VIII) protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.
2)Hemofilia B :
• Ditemukan untuk pertama kalinya pada seorang bernama Steven Christmas asal Kanada
• Hemofilia ini merupakan hemophilia yang kekurangan Factor IX.
• Terjadi karena kekurangan faktor 9 (Factor IX) protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.
Hemofilia A atau B ini jarang ditemukan. Hemofilia A terjadi sekurang - kurangnya 1 di antara 10.000 orang. Hemofilia B lebih jarang ditemukan, yaitu 1 di antara 50.000 orang.


3. Gejala dan Pengobatan Hemofilia
Adapun gejala-gejala yang dialami oleh penderita hemofili adalah:
1)Apabila terjadi benturan pada tubuh akan mengakibatkan kebiru-biruan (pendarahan dibawah kulit).
2)Apabila terjadi pendarahan di kulit luar maka pendarahan tidak dapat berhenti.
3)Pendarahan dalam kulit sering terjadi pada persendian seperti siku tangan maupun lutut kaki sehingga mengakibatkan rasa nyeri yang hebat.
Bagi mereka yang memiliki gejala-gejala tersebut, disarankan segera melakukan tes darah untuk mendapat kepastian penyakit dan pengobatannya. Pengobatan penderita hemofilia berupa Recombinant Factor VIII yang diberikan kepada pasien hemofili berupa suntikan maupun tranfusi.
Pemberian transfusi rutin berupa kriopresipitat-AHF untuk penderita hemofilia A dan plasma beku segar untuk penderita hemofilia B. Terapi lainnya adalah pemberian obat melalui injeksi. Baik obat maupun transfusi harus diberikan pada penderita secara rutin setiap 7-10 hari. Tanpa pengobatan yang baik, hanya sedikit penderita yang mampu bertahan hingga usia dewasa. Karena itulah kebanyakan penderita hemofilia meninggal dunia pada usia kanak-kanak atau balita.

THALESEMIA

Intannani Mustikasari (083654011),Idzi Layyinati (083654012,Indrasari P (083654013,Lilis Kurniawati (083654014,Muvita Kurnia (083654015)

Di forum ini kelompok kami sedikit menambahkan penjelasan mengenai THALESEMIA. Thalasemia, menurut pakar hematologi adL penyakit yg diakibatkan oleh kerusakan DNA & penyakit turunan. Penyakit ini muncul krn darah kekurangan salah satu zat pembentuk hemoglobin sehingga tubuh tidak mampu memproduksi sel darah merah scr normal. Penyakit thalasemia merupakn suatu kelainan drh bersift genetik dmn kerusakn DNA akn menyebabkn tdk optimalnya produksi sel darah merah penderitanya serta mudah rusak sehingga kerap menyebabkn anemia. Pusat dr mekanisme kelainan terletk pd slh 1 gen pembentuk hemoglobin pd sel darah merah manusia, yg sekaligus jga berfungsi utma sebgai pengangkut oksigen. Sebagaimana orang-orang normal, individu-individu pembawa gen ini sama sekali tdk menunjukkn adanya suatu gejala. Masalah yg lebih serius akn terjadi bila sang pasangan juga merupakn seorang pembawa sehingga lebih berpotensi melahirkan anak dengan thalasemia mayor yang nantinya akan memerlukan transfusi darah secara rutin selama hidupnya. Tindakan transfusi bukan merupakan suatu terapi penyembuh namun hanya bersifat suportif dalam mengurangi gejala dan memiliki resiko menyebabkan penumpukan zat besi dalam tubuh lebih lanjut bisa menyebabkan pembengkakan hati dan limpa.Jadi thalasemia merupakan keadaan hemoglobin yang mengandung zat besi (Fe) yaitu Kerusakan sel darah merah pada penderita thalasemia akan mengakibatkan zat besi tertinggal di dalam tubuh dan bisa menumpuk dalam organ tubuh seperti jantung dan hati yang menjadi penyebab kematian utama dari penderita thalasemia, terutama akibat penumpukan pada jantung.
Gejala thalasemia sendiri cukup bervariasi tergantung dari derajat kerusakan gen yang terjadi seperti :
Anemia,Sulit tidur,Lemas,Kurang nafsu makan atau infeksi berulang,Jantung yang dipaksa bekerja lebih keras untuk memenuhi pembentukan hemoglobin,Penipisan atau perapuhan tulang,memiliki batang hidung melesak ke dalam (facies cooley.
Jenis thalasemia yang dikenal berdasarkan gejala klinis dan tingkatan keparahannya, yaitu :
1. Thalasemia mayor dimana kedua orang tuanya merupakan pembawa sifat, gejala dapat muncul sejak awal masa anak-anak dengan kemungkinan bertahan hidup terbatas
2. Thalasemia minor dimana gejalanya jauh lebih ringan dan sering hanya sebagai pembawa sifat saja.
3. Thalasemia intermedia dimana kondisinya berada di tengah-tengah kedua
Deteksi Dini
Deteksi dapat dilakukan sejak bayi masih di dalam kandungan karena gejala awal akan dapat terlihat ketika anak berusia 3 hingga 18 bulan.
Penyakit thalasemia dapat dideteksi sejak bayi masih di dalam kandungan. Jika suami atau istri merupakan pembawa sifat (carrier) thalasemia, maka anak mereka memiliki kemungkinan sebesar 25% untuk menderita thalasemia.
Pencegahan
Pengidap thalasemia yang mendapat pengobatan secara baik dapat menjalankan hidup layaknya orang normal di tengah masyarakat. Sementara zat besi yang menumpuk di dalam tubuh bisa dikeluarkan dengan bantuan obat. Selama ini, zat besi yang menumpuk di tubuh penderita thalasemia hanya bisa dikeluarkan dengan penyuntikan obat Desferal. Obat yang disuntikkan di bawah kulit ini akan mengikat zat besi dan dikeluarkan melalui urine. Telah ditemukan tablet yang dapat menggantikan proses pembuangan zat besi berlebih dalam tubuh sehingga penderita tidak perlu mendapat
Suntikan Desferal. Tablet ini dapat mengurangi risiko gagal jantung karena penumpukan zat besi. Walau begitu, pencegahan tetap lebih penting ketimbang pengobatan. Untuk mencegah penyebaran thalasemia, menurut Berdoukas, hal paling baik adalah melakukan tes darah pada setiap calon pengantin. ''Karena apabila salah 1nya memiliki kerusakan DNA yang dapat menyebabkan thalasemia, maka ada kemungkinan penyakit itu menurun pada anak mereka.

Keping darah

1. senandjung prayoga
2. dwi puspitasari
3. eny farida
4. alviana
5. gita kartikasari

Keping darah, lempeng darah,
trombosit adalah sel anuclear (tidak mempunyai nukleus pada DNA-nya) dengan bentuk tak beraturan dengan ukuran diameter 2-3 µm[1] yang merupakan fragmentasi dari megakariosit (en:megakaryocyte) pendahulunya trombosit memiliki bentuk yang tidak teratur, tidak berwarna, tidak berinti, berukuran lebih kesil dari eritrosit dan leukosit, dan mudah pecah bila tersentuh benda kasar. jumlah trombosit adalah 200000-300000 keping/mm³ darah. . Keping darah tersirkulasi dalam darah dan terlibat dalam mekanisme hemostasis tingkat sel yang menimbulkan pembekuan darah (trombus). Disfungsi atau jumlah keping darah yang sedikit dapat menyebabkan pendarahan, sedangkan jumlah yang tinggi dapat meningkatkan risiko trombosis. Fungsi Keping darah adalah dalam proses pembekuan darah.
Gangguan akibat trombosit
Hemofilia berasal dari bahasa Yunani Kuno, yang terdiri dari dua kata yaitu haima yang berarti darah dan philia yang berarti cinta atau kasih sayang. Hemofilia adalah suatu penyakit yang diturunkan, yang artinya diturunkan dari ibu kepada anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan Darah pada seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara normal. Proses pembekuan darah pada seorang penderita hemofilia tidak secepat dan sebanyak orang lain yang normal. Ia akan lebih banyak membutuhkan waktu untuk proses pembekuan darahnya.
Penderita hemofilia kebanyakan mengalami gangguan perdarahan di bawah kulit; seperti luka memar jika sedikit mengalami benturan, atau luka memar timbul dengan sendirinya jika penderita telah melakukan aktifitas yang berat; pembengkakan pada persendian, seperti lulut, pergelangan kaki atau siku tangan. Penderitaan para penderita hemofilia dapat membahayakan jiwanya jika perdarahan terjadi pada bagian organ tubuh yang vital seperti perdarahan pada otak.

Golongan darah

M. Imam Syafii
Yuniarti
Dina Muspitasari
Ina Isnaini
Sisus
Golongan darah


Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.

Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.

Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia.

Ilmuwan Austria, Karl Landsteiner, memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun 1930 untuk jasanya menemukan cara penggolongan darah ABO.

Rhesus

Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan memanfaatkan faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO. Golongan darah O+ adalah yang paling umum dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih dominan, dan ada pula beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B.

Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan. Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-) dapat menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang pada atau di bawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat mempengaruhi janin pada saat kehamilan.

Sel Darah Putih

Fitri kartikasari (083654001)
Rhida Fitri A (083654002)
Sri Sumrati (083654003)
Eva Lestari (083654004)
Dzulfikar A(083654005)

Sel Darah Putih
Jumlah sel darah putih dalam setiap 1 cm kubik darah adalah 4.000 sampai 10.000 sel. Tidak seperti sel darah merah, sel darah putih memiliki inti (nukleus). Sebagian besar sel darah putih bisa bergerak di dalam aliran darah, membuatnya dapat melaksanakan tugas sebagai sistem ketahanan tubuh.
Sel darah putih adalah bagian dari sistem ketahanan tubuh yang terpenting. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu, mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum tulang.
Ada beberapa jenis sel darah putih yang disebut granulosit yaitu:
• Basofil.
Basofil, yang menyususn 1% sel darah putih, melepaskan zat untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah di dalam pembuluhnya.Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan
• Eosinofil
Sel darah putih mengandung ± 5% eosinofil. Fungsinya adalah memerangi bakteri, mengatur pelepasan zat kimia saat pertempuran, dan membuang sisa-sisa sel yang rusak.
Eosinofil terutama berhubungan dengan infeksi parasit, dengan demikian meningkatnya eosinofil menandakan banyaknya parasit.
• Neutrofil
Sel darah putih yang terbanyak adalah neutrofil (± 60%). Tugasnya adalah memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki tubuh. Mula-mula bakteri dikepung, lalu butir-butir di dalam sel segera melepaskan zat kimia untuk menghancurkan dan mencegah bakteri berkembang biak.
Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga yang memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri; aktivitas dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak menyebabkan adanya nanah.
Selain itu ada dua jenis sel darah merah tanpa granula dalam sitoplasman yaitu
• Limfosit.
20 sampai 30% kandungan sel darah putih adalah limfosit. Tugasnya adalah menghasilkan antibodi, suatu protein yang membantu tubuh memerangi penyakit.
Limfosit lebih umum dalam sistem limfa. Darah mempunyai tiga jenis limfosit:
Sel B: Sel B membuat antibodi yang mengikat patogen lalu menghancurkannya. (Sel B tidak hanya membuat antibodi yang dapat mengikat patogen, tapi setelah adanya serangan, beberapa sel B akan mempertahankan kemampuannya dalam menghasilkan antibodi sebagai layanan sistem 'memori'.
Sel T: CD4+ (pembantu) Sel T mengkoordinir tanggapan ketahanan (yang bertahan dalam infeksi HIV) sarta penting untuk menahan bakteri intraseluler. CD8+ (sitotoksik) dapat membunuh sel yang terinfeksi virus.
Sel natural killer: Sel pembunuh alami (natural killer, NK) dapat membunuh sel tubuh yang tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh dibunuh karena telah terinfeksi virus atau telah menjadi kanker.
• Monosit
Monosit bertugas mengepung bakteri. Kira-kira ada 5 sampai 10% di dalam sel darah putih. Monosit membagi fungsi "pembersih vakum" (fagositosis) dari neutrofil, tetapi lebih jauh dia hidup dengan tugas tambahan: memberikan potongan patogen kepada sel T sehingga patogen tersebut dapat dihafal dan dibunuh, atau dapat membuat tanggapan antibodi untuk menjaga.

DARAH

Chusnul Hotimah (083654218)
Wahdatn Nisa' K (083654219)
Miftahul Riska (083654220)
Khoirun Nisa' (083654221)

DARAH

Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi (kecuali tumbuhan) yang berfungsi sebagai alat transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tubuh, pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan lain sebagainya. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah.

Fungsi Darah Pada Tubuh Manusia :
- Transportasi (sari makanan, oksigen, karbondioksida, sampah dan air)
- Termoregulasi (pengatur suhu tubuh)
- Imunologi (mengandung antibodi tubuh)
- Homeostasis (mengatur keseimbangan zat, pH regulator)

Komposisi Darah
Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan 45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita yaitu sekitar sepertigabelas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter. Sel-sel darah disebut juga korpuskula.

A. Sel-sel darah
Sel-sel darah sendiri terdiri dari :
1.Sel darah merah (eritrosit) sebesar 99%, Jumlah pada pria dewasa sekitar 5 juta sel/cc darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah. Berbentuk Bikonkaf, warna merah disebabkan oleh Hemoglobin (Hb) fungsinya adalah untuk mengikat Oksigen.Sel darah merah juga menjadi penentu golongan darah seseorang. Jika kandungan sel darah merah seseorang sangat kurang, ia dikatakan anemia. Eritrosit berusia sekitar 120 hari. Sel yang telah tua dihancurkan di Limpa 4. Hemoglobin dirombak kemudian dijadikan pigmen Bilirubin (pigmen empedu).

2.Trombosit (keping-keping darah), disebut pula sel darah pembeku. kandungannya berkisar antara 0,6 dan 1,0 %. Jumlah sel pada orang dewasa sekitar 200.000 - 500.000 sel/cc. Di dalam trombosit terdapat banyak sekali faktor pembeku (Hemostasis) antara lain adalah Faktor VIII (Anti Haemophilic Factor). Fungsi trombosit adalah membantu proses pembekuan darah. Jika seseorang secara genetis trombositnya tidak mengandung faktor tersebut, maka orang tersebut menderita Hemofili

3.Sel darah putih (leukosit), berjumlah 0,2% dari total darah.
Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 - 9000 sel/cc darah. Sel darah putih mengandung ± 5% eosinofil. Fungsinya adalah memerangi bakteri, mengatur pelepasan zat kimia saat pertempuran, dan membuang sisa-sisa sel yang rusak. Basofil, yang menyususn 1% sel darah putih, melepaskan zat untuk mencegah terjadinya menggumpalan darah di dalam pembuluhnya. 20 sampai 30% kandungan sel darah putih adalah limfosit. Tugasnya adalah menghasilkan antibodi, suatu protein yang membantu tubuh memerangi penyakit. Monosit bertugas mengepung bakteri. Kira-kira ada 5 sampai 10% di dalam sel darah putih.
Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk Fagosit (pemakan) bibit penyakit/ benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Maka jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit/benda asing yang masuk tubuh. Fungsi fagosit sel darah tersebut terkadang harus mencapai benda asing/kuman jauh di luar pembuluh darah. Kemampuan lekosit untuk menembus dinding pembuluh darah (kapiler) untuk mencapai daerah tertentu disebut Diapedesis. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap. Orang yang kelebihan leukosit menderita penyakit leukimia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit menderita penyakit leukopenia.

B.Plasma Darah
Plasma darah tersusun atas 90% air yang mengandung sari makanan, protein, hormon, dan endapan kotoran selain sel-sel darah. Plasma darah terdiri dari :
1. Albumin
2. Bahan pembeku darah
3. Immunoglobin (antibodi)
4. Hormon
5. Berbagai protein dan garam

ANEMIA

Iva Lutviyah (083654203)
Rinaldi Zakaria (083654204)
Ulfi Faizah (083654205)
Ida Nurdiana (083654206)
Nazarul Achmad Y (083654207)

PENGERTIAN ANEMIA
Anemia oleh orang awam dikenal sebagai “kurang darah”. Anemia adalah suatu penyakit dimana kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. “Anemia” berbeda dengan “tekanan darah rendah”. Tekanan darah rendah adalah kurangnya kemampuan otot jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan kurangnya aliran darah yang sampai ke otak dan bagian tubuh lainnya.

PENYEBAB ANEMIA
Pendarahan hebat
Berkurangnya pembentukan sel darah merah
o Kekurangan zat besi
o Kekurangan vitamin B12
o Kekurangan asam folat
o Kekurangan vitamin C
o Penyakit kronik
Meningkatnya penghancuran sel darah merah, seperti pembesaran limpa, kerusakan mekanik pada sel darah merah, penyakit hemoglobin C, thalasemia, dan sebagainya.

TANDA-TANDA ANEMIA :
1. LESU, LEMAH, LETIH, LELAH, LALAI (5L)
2. Sering mengel€uh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kult dan telapak tangan menjadi pucat.

AKIBAT ANEMIA PADA :
1. Anak-anak :
a. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
b. Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak.
c. Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan tubuh menurun.
2. Wanita :
a. Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit.
b. Menurunkan produktivitas kerja.
c. Menurunkan kebugaran.
3. Remaja putri :
a. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
b. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal.
c. Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.
d. Mengakibatkan muka pucat.
4. Ibu hamil :
a. Menimbulkan perdarahan sebelum atau saat persalinan.
b. Meningkatkan risiko melahirkan Bayi dengan Berat Lahir Rendah atau BBLR (<2,5 kg).
c. Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan/atau bayinya.

CARA MENCEGAH DAN MENGOBATI ANEMIA
a. Meningkatkan Konsumsi Makanan Bergizi.
• Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).
• Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
b. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah Darah (TTD).
c. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti: kecacingan, malaria dan penyakit TBC.